Baru tadi malam aku menerima undangan, baru tadi pagi aku
mendaftar, baru menjelang siang aku mendapat tiket, dan baru tadi siang pula
aku batal berangkat. Hidup memang berubah dengan cepat. Secepat keputusan yang
diambil orang lain tadi yang membuatku kini hanya merasakan rasa senang
menerima tiket online akomodasi gratis untuk mengikuti workshop di seberang
pulau. Sejujurnya bukan karena lokasi pulau yang memang di pulau yang indah dan
banyak wisata, namun lebih ke memuaskan rasa penasaran akan ilmu yang dapat
kugali di sana. Memang, ilu bisa diperoleh dengan bertanya lebih lanjut ke
orang yang pada akhirnya menggantikan posisiku untuk berangkat. Tetapi akan
beda jumlah maupun kualitas yang didapat jika dibandingkan dengan
mendengarkannya sendiri.
Baik, lupakan saja keinginanku. Intinya di tulisan ini aku
ingin mengatakan bahwa urusan seorang muslim itu sangat indah. Hidupnya hanya
dipenuhi oleh dua hal: sabar ketika musibah datang dan syukur kala anugerah
yang datang. Sejatinya memang hidup tak pernah terlepas dari cobaan atau ujian
dan karunia. Bekal inilah yang kemudian kupegang hingga akhirnya aku
benar-benar tidak memiliki hard feeling yang dalam atas kebatalan
keberangkatanku. Jika kata temanku padahal ini adalah one step closer menuju
apa yang selama ini ingin kulakukan, kemudian gagal begitu saja, maka yakinlah
aku memang berpikir demikian. Tetapi kedua pegangan tadi aku genggam, sambal
terus percaya bahwa kesempatan lain akan datang. Aku memupuk syukur karena aku
bisa focus ke UAS meski tak dapat dipungkiri aka nada sedikit ego untuk hadir
di workshop, sembari aku juga menumbuhkan kesabaran atas rejeki yang memang
belum menjadi milikku, seperti kata ummiku. Biasanya aku memiliki sedikit
firasat buruk jika akan terjadi sesuatu, begitu pun sebaliknya. Namun, sedari
kemarin I have no feeling anymore, baik itu buruk maupun baik. Mungkin Allah
menjaga aku agar tidak terlalu senang, sehingga tidak terlalu terpuruk ketika
rejeki ini hanya numpang lewat di emailku. Ya, begitulah. Syukur dan sabar
menurutku bukan dua hal yang muncul di dua hal yang terpisah, melainkan dua hal
yang selalu berkombinasi dengan porsi dominan yang menyesuaikan masing-masing
keadaan.
Begitulah ceritaku yang gagal pergi workshop dengan alasan
yang tidak perlu untuk dijelaskan. Kemudian pertanyaannya, sudahkah kita
menerapkan sabar dan syukur di setiap kejadian? Atau hanya ketika situasi
tertentu? Dan aku masih belum termasuk golongan orang yang sabar dan pandai beryukur.
Astaghfirullah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar