Ketika seseorang berbicara magang, yang
terbayang adalah pekerjaan yang dilakukan tanpa gaji, hanya sebuah persyaratan
untuk lolos ujian tertentu. Bila konteks magang yang dimaksud adalah
keikutsertaan dalam sebuah organisasi kampus, yang diimajinasikan adalah
berorganisasi tanpa jabatan dan hanya sebagai latihan untuk berorganisasi yang
sesungguhnya. Pada intinya, magang sering diartikan sebagai “mencoba” sebuah
pekerjaan sesuai kondisi aslinya. Mungkin bagi sebagian teman-teman saya
definisi kedua adalah benar. Mereka hanya mencoba dan mencari tahu lebih lanjut
apa yang dilakukan mereka yang ada di dalam organisasi. Setelah itu, sudah. Selesai.
Meski tak dapat dipungkiri juga yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
magang berjumlah banyak.
Bagiku, magang bukanlah “pura-pura”. Inilah
titik awal perjuangan yang akan dimulai. Ibarat perang, magang adalah persiapan
senjata, pengenalan medan, penguasaan kelebihan dan kekurangan diri sendiri
maupun musuh, sampai penyiasatan strategi. Pada hari H ketika status magang
dilepas dan diganti dengan jabatan yang sesungguhnya, di saat yang sama itulah
perang dimulai. Maka dapat dipastikan, mereka yang mempersiapkan dengan baik
akan lebih siap dan terlatih menghadapi kondisi perang. Sama seperti perang,
dalam organisasi juga mengandung banyak musuh yang mewakili berbagai
permasalahan baik internal maupun eksternal. Inilah yang harus dihadapi dan
dilawan.
Sebagai mahasiswa baru Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, saya diwajibkan magang di organisasi tingkat
fakultas. Dari sekian banyak organisasi dan kelembagaan yang tersedia, saya
memilih BEM. Sesungguhnya yang saya pilih bukan BEM-nya, melainkan salah satu
departemennya, Departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat). Alasannya banyak.
Diawali dari sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa sebaik-baik manusia
adalah yang paling banyak manfaatnya, kemudian melihat kemampuan berbicara dan
menulis yang saya miliki, adanya keinginan untuk bergerak karena bosan berdiam
dan menunggu perubahan yang dilakukan orang lain. Selain itu, proses yang secara
tidak langsung memaksa saya untuk lebih disiplin.
Jika teman-teman non Kastrat memandang
Kastrat sebagai seonggok status yang “wow”, saya sebagai anggota magangers
Kastrat biasa saja. Kami sama seperti lainnya, sama-sama bertugas mencapai
visi-misi dan tujuan adanya organisasi tersebut. Selain dianggap eksklusif,
Kastrat juga dianggap paling serius. Tidak akan ada namanya bercanda atau
main-main. Namun pada kenyataannya, di dalam rapat atau pertemuan Kastrat BEM diadakan
sesi berbagi kabar dan segala isu maupun informasi baik internal individu
maupun eksternal rakyat dan bangsa Indonesia. Di antara magangers dan
anggota Kastrat sendiri pun tidak ada kesenjangan senior-junior, yang ada
adalah kakak-adik yang sejak awal sama-sama sadar bahwa kami adalah keluarga
yang bersama-sama memperjuangkan hak-hak rakyat.
Kastrat memang identik dengan permasalahan
bangsa dan demo. Memang kami membahas beberapa isu panas seperti pelantikan
presiden RI baru, RUU Pertembakauan, kenaikan BBM, aksesi FCTC, dan biaya
pendidikan Universitas Indonesia sendiri, tetapi yang kami lakukan bukan hanya
mengkaji. Lalu yang menjadi implementasi dari kajian yang dilakukan bukan hanya
demo. Yang kami lakukan adalah aksi. Demo adalah pilihan terakhir ketika semua
jalan sudah menolak tuntutan kami. Aksi bisa dalam bentuk negosiasi, penulisan
artikel atau jurnal atau media massa yang bisa membentuk atau merubah opini
publik, bahkan minimal membuat status di media sosial akan pemberitaan aspirasi
rakyat.
Jangan berbicara rakyat jika diri sendiri
belum terurus! Banyak ungkapan-ungkapan yang semisal larangan ini. Namun percayalah,
saya tidak akan pernah sempurna dalam memperbaiki sendiri. Oleh karenanya,
biarkan saya memperbaiki diri sekaligus berusaha mengusahakan perbaikan negeri
dengan mengikuti krida dan apel pukul 06.00 pagi seminggu sekali. Bukan untuk
menggugurkan kewajiban, melainkan pembentukan kebiasaan dan karakter baik yang
selalu dimulai dari pemaksaan keluar dari zona nyaman masing-masing. Inilah yang
kami bahas pada krida dan apel pertama magangers Kastrat BEM FKM UI. Inilah
yang akan kami dan terutama saya sendiri terapkan mulai hari ini.
Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar