Berbicara tentang kesehatan, yang terbayang adalah dokter dan pasien
yang terkena penyakit. Padahal kesehatan tidak sesimpel itu. Penyakit
bisa dicegah atau setidaknya dikurangi perluasan wabahnya dengan upaya
preventif dan promotif. Apalagi tidak semua penyakit benar-benar murni
disebabkan oleh mikroorganisme. Ada banyak factor yang menyebabkan sakit
itu datang, salah satunya gaya hidup dan perilaku. Kita tidak bisa
terus-menerus menangani penyakit saja, tetapi kita juga harus tau
bagaimana mengontrol agar penyakit tersebut tidak meluas.
Kesehatan
tidak hanya berbicara tentang rumah sakit dan puskesmas beserta isinya.
Semua orang adalah anggota masyarakat, dan semua orang butuh untuk
sehat. Masyarakat hidup di berbagai lingkungan baik untuk bekerja maupun
hanya berdiam. Di rumah, kita perlu tahu apa saja yang seharusnya
dilakukan ibu hamil, tahu mengapa ibu hamil rentan dengan kucing,
mengerti mengapa bayi harus asi eksklusif 6 bulan, dsb. Di industri,
dalam pelaksanaannya dibutuhkan prosedur kesehatan dan keselamatan yang
benar untuk mencegah kecelakaan kerja. Di lingkup pemerintahan dan
sistem kesehatan, dibutuhkan suatu kebijakan dan sistem kesehatan yang
baik untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Bahkan, di dalam kapal sekalipun dibutuhkan tenaga kesehatan untuk
mengecek apakah kapal tersebut menimbulkan bahaya kesehatan atau tidak
bagi penumpang. Itulah mengapa ada Kesehatan Masyarakat. Sebab Kesehatan
Masyarakat memegang sistemnya, dan menjadi otak berjalannya
tenaga-tenaga kesehatan yang lain seperti dokter, perawat, dokter gigi,
farmasis, dan bidan agar bekerja sesuai koridor yang diatur Kesehatan
Masyarakat. Cakupan yang dimiliki Kesehatan Masyarakat sangat luas.
Bahkan serumit ekonomi pun ada pembahasannya.
Ketika banyak orang
menganggap dokter adalah segalanya bagi dunia kesehatan, masyarakat luar
negeri tidak terlalu berpikir demikian. Mereka menganggap bahwa public
health (kesehatan masyarakat) dan clinical medicine (dokter) serta
ekologi (lingkungan) adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Ini adalah saat untuk mengintegrasikan keduanya. Selama abad 20, public
health telah memperpanjang harapan hidup manusia dan mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas dari banyak penyakit di seluruh dunia. Dokter
bergerak untuk individu dan keluarga. Kesehatan masyarakat bergerak
untuk public (komunitas dan populas), dengan cakupan bidang sosial,
lingkungan dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia. Public
health memilih apa yang terbaik untuk individu dan apa yang terbaik
untuk populasi dan komunitas.
Kekhawatiran para dokter yang berada di
FK UI atas ketidakhadirannya sifat preventif dan promotif dalam upaya
kesehatan menjadi dasar pendirian FKM UI sebagai fakultas baru. Hal ini
utamanya digagas oleh dr. Mochtar. Di masa awal FKM UI, struktur
dekanat dan jajaran pengajar merupakan dokter dari FK UI karena pada
awalnya ilmu kesehatan masyarakat berada di bawah FK UI. Hingga kini pun
masih banyak dokter yang berkecimpung di FKM UI. Yang belajar di FKM UI
pun ada yang dari FK maupun FKG. Alasan mereka satu: ilmu yang ada di
kedokteran belum cukup untuk menangani masalah kesehatan keseluruhan,
sebab kedokteran hanya berfokus pada individu yang tentunya memiliki
permasalahan sendiri satu dengan lainnya. Sehingga kini FK dan FKM
merupakan mitra kerjasama sampai nanti benar-benar ada di lapangan
kerja. FKM UI juga memiliki banyak kerjasama dengan public health di
seluruh dunia. Contohnya kerjasama dengan Bloomberg School of Public
Health di Amerika, menjadi inisiator Indonesia One Health University
Network (INDOHUN), WHO, USAID, dan sebagainya. FKM UI yang merupakan FKM
tertua dan terbaik se-Indonesia memiliki banyak pusat penelitian
kesehatan seperti Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Pusat
Kajian Gizi dan Kesehatan, Pusat Riset Kesehatan untuk Krisis dan
Bencana, dll.
Kesehatan Masyarakat memang tidak bisa mengobati
pasien, namun ia bisa menyuruh dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk
menangani pasien bahkan masalah kesehatan di individu dan masyarakat.