Senin, 12 Agustus 2013

Listrik Cinta

ketika orang berbicara cinta, aku hanya diam. meski definisi tentangnya mengalir begitu saja di otak. sambaran listrik asmara meledak, menggelegarkan kelakuan yang menuntun pada persepsi kegilaan jiwa. mudah saja cinta melakukannya. namun aku takut, takut untuk gosong tersengat cinta yang begitu kuat. karena yang disambar adalah diri, dengan penangkap sinyal pikiran. padahal yang menjadi air berupa darah adalah yang haram untuk didamba. ini yang menyebabkan hangus termakan cinta. jika pikiranku setegar penangkal petir, mungkin seluruh listrik cinta itu akan mengalun ke pembangkit listrik cinta lain yang bermuara pada rumah-rumah bernama anak-anak solih-solihah. berdaya besar untuk menumbuhkembangkan mereka. namun apa? itu belum. karena aku baru mengenal ia yang haram. yang belum atau mungkin tak akan pernah halal. untuk itu aku menghindar. sama-sama berdaya besar, namun jika penyalurannya salah, hanguslah jiwa. bila halal, selamat atas berhasilnya menyalurkan pahala atas nama cinta lewat ikatan suci pernikahan berbuah anak pengantar tiket ke surga.