Selasa, 29 Juni 2010

Down Syndrome, sebenarnya monster apakah itu? Sehingga banyak orang yang merasa aneh dan takut terhadapnya. Bagaimana bisa ia menghapus kebahagiaan keluarga yang terjalin sempurna berkat hubungan yang terjalin sekian lamanya? Haruskah manusia menghindari monster ini? Namun tak bisakah monster ini menjelma menjadi sebuah kebanggaan?
Banyak acara reality show yang mempertunjukkan kehidupan nyata yang mengejamkan dari seorang penderita Down Syndrome. Penderita lebih banyak dibuang karena orang tua mereka yang tak tahan atas obrolan tak penting para tetangga yang membicarakan ketidaksempurnaan yang mereka miliki. Tak salah memang bila tetangga tersebut membicarakan hal-hal yang tak biasa. Namun seharusnya, orang tua harus bisa menunjukkan kebolehan yang terpendam di sela-sela hal tak biasa itu.
Down Syndrome (DS) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Para orang tua yang memiliki putra penderita penyakit ini sebetulnya diwajibkan untuk memberikan perhatian lebih padanya. Karena dengan perhatian tersebut, anak lebih bisa menunjukkan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian, orang tua bisa lebih memfokuskann perkembangan anak ke bidang yang disukainya. Karena bila anak meraih prestasi atas bakat yang berkembang, orang tuanya yang akan merasakan kebanggaan tersendiri.

Jumat, 25 Juni 2010

m.e.n.y.e.s.a.l

Semua memang telah berlalu, dan aku kembali mengingat dan menyesalinya. Aku selalu merasa yakin bahwa usahaku telah cukup dan akan berbuah maksimal. Namun kenyataan menghadapkanku pada sebuah fakta, "aku adalah peremeh hal-hal kecil." Kini semuanya serba salah. Haruskah aku bersikap seperti dulu ketika aku tak mengenal yang namanya tren ataupun lifestyle? Ataukah aku harus merubah sifat dari meremehkan menjadi sangat peduli? Atau mungkin aku harus banyak mengurangi waktuku di dunia maya dan dunia telepon genggam? Wajibkah aku memfokuskan fikiranku kepada dunia sekolah yang terkadang membosankan? Wajibkah aku mengundurkan diri dari bekal kepemimpinan di masa depan? Haruskah aku melakukan itu semua? Jawabannya adalah "YA". Semua pertanyaan yang sebetulnya mudah untuk dijawab itu adalah sebuah cambuk untukku dalam memulai sebuah perjuangan. Namun di samping itu semua, urusan pahala dalam bekal di akhirat nanti adalah yang terpenting. Berusaha mencapai yang terbaik memang penting, tapi memulai sesuatu dengan nama Allah dan berjuang di jalan Allah adalah buah kebahagiaan sejati.

Kamis, 17 Juni 2010

Facebook di Mata Saya

80% penggunaan internet oleh remaja dihabiskan oleh facebook. Jejaring sosial yang sangat digemari ini memikat banyak penggemar dari usia SD hingga orang yang telah berkarir dengan fasilitas entertain yang bagus. Sebut saja dengan meng-update status, saling berkiriman pesan atau mungkin wall to wall, chatting, dan meng-upload foto. Bahkan, dalam waktu sekejap kita bisa berkenalan dengan orang-orang baru di luar wilayah kita tinggal. Ribuan teman bisa terkoneksi hanya dengan meng-add orang tersebut. Memang tak heran bila penggunaan facebook bisa menyita waktu luang dan membuat kita lupa dengan kehidupan nyata.



Facebook lebih memakan banyak remaja yang beremosi tak labil. Mereka sering meluapkan perasaan mereka di status yang mereka buat dan akhirnya meninggalkan comment orang lain yang mungin akan menghiburnya atau bertanya mengapa bisa terjadi demikian. Namun, karena status bisa menulis perasaan kita dengan singkat, sering status tersebut digunakan untuk mengeluarkan kata-kata kotor atau makian pada orang yang dibenci.



Walaupun banyak yang yang tergila-gila oleh facebook, namun ada juga remaja yang berusaha tak terjebak olehnya. Seperti saya, berkali-kali saya menghindar dari facebook, namun berkali-kali pula saya tergiur oleh kesenangan facebook. Untuk itu, saya membuat blog ini agar saya tak terus-menerus membaca status teman-teman saya yang kebanyakan tentang "cinta" dan luberan kemarahan mereka. Saya sadar, bahwa rasa sayang yang tulus dan hinggap di hati manusia di kala pubertas adalah sedikitpun bukan cinta sejati kita yang akan mengucap ijab qobul bersama kita. :)